Sikap syukur erat sekali hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Banyak yang mengetahui manfaat dari rasa syukur, namun tak sedikit pula diantaranya belum bersyukur.
Membahas rasa syukur, kali ini program studi Manajemen menghadirkan M. Taufiq Amir (Kaprodi Manajemen, Head of Center for Positive Leadership, Universitas Bakrie) dan St. Sularto (Redaktur Senior Harapan Kompas, Penulis) sebagai dua pembicara dalam kegiatan seminar dan bedah buku “Gratitude Practices in Organizations”.
Rasa syukur yang dipaparkan oleh kedua pembicara memiliki dua konteks berbeda. Namun memiliki tali simpul perpaduan akan praktisi idealisme dan bisnis. Kedua konteks yang berbeda ini memiliki benang merah dalam memaknai rasa syukur untuk diterapkan dalam kehidupan.
Taufiq sebagai pembicara pertama memaparkan “Gratitude Practices in Business from the perspective of Positive Leadership”. Perasaan syukur dapat dijelaskan dalam berbagai konsep atas pengaruh emosi, sikap, watak, kebiasaan, dan nilai moral dalam meyikapi suatu kejadian. Dengan adanya rasa syukur merupakan pilihan bersikap bagi orang yang bahagia. Karena rasa syukur merupakan sebuah respon untuk mengurangi stress yang sedang dialami seseorang. Oleh karena itu, perspektif pemimpin yang positif dapat menularkan hal positif bagi bisnis dan karyawannya.
Dilanjutkan Sularto sebagai pembicara kedua memaparkan “Buku Syukur Tiada akhir dan The Kompas Way: Membahas bagaimana pemilik Kompas Gramedia Group Jacob Oetomo mempraktekkan bersyukur dalam organisasi”. Melalui jejak langkah kehidupan Jacob Oetama selama 80 tahun di dunia pers tak lepas dari rasa syukur untuk menyatukan semua karyawan kompas dalam satu ikatan yaitu kekuatan media yang telah menciptakan kinerja positif selama perjalanan raksasa media kompas sampai eksis hingga saat ini.
Melalui buku yang digarap Redaktur senior harian Kompas, merupakan satu cara untuk semakin mengenal Jacob Oetama lebih dekat dengan membaca kisah sepak terjang hidupanya yang mempesona dan menginsiprasi dengan cara bersyukur. Beliau memilih menjadi jurnalis dan memikul tanggung jawab besar ketika PK. Ojong dinyatakan meninggal. Sehingga beliau harus merangkap dua tugas untuk menjadi jurnalis dan menangani urusan bisnis. Namun sampai saat ini, Jacob lebih senang disebut wartawan daripada pengusaha.