Meningkatnya animo belajar tentang bahasa dan budaya Indonesia di Saint Petersburg, Rusia mendorong Universitas Negeri St. Petersburg mengajak kemitraan strategis dengan Universitas di Indonesia. Di masa datang, tukar menukar mahasiswa dan dosen diperkirakan akan meningkat.
Hal itu disimpulkan dari pertemuan antara Dubes RI untuk Rusia dan Belarusia, Prof. Dr. Hamid Awaludin dengan Dekan Fakultas Ketimuran Universitas Negeri St. Petersburg, Dr. Evgeniy I. Zelenev dalam siaran pers yang diterima redaksi Republika Online di Jakarta, Kamis (4/12)
Kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan hubungan yang sudah ada dalam bentuk pemenuhan kebutuhan spesifik masing-masing universitas melalui skema kerjasama universitas.
“Dengan adanya otonomi universitas di kedua negara maka kerjasama semakin mudah dilaksanakan,” ujar Dubes Hamid.
Zelenev mengeluhkan kendala mahasiswanya untuk belajar bahasa dan budaya di Indonesia. Tidak semua mampu menanggung biaya hidup di Indonesia yang semakin hari semakin mahal. Oleh karenanya diusulkan adanya model pertukaran mahasiswa.
“Ini penting karena tahun depan kita akan mendapat mahasiswa jurusan Indonesia yang lebih banyak,” ujarnya didampingi wakil dekan dan dosen jurusan Indonesia.
Sejauh ini, universitas ini baru menjalin kerjasama dengan Universitas Indonesia, Jakarta.
Disepakati oleh kedua belah pihak bahwa tukar menukar mahasiswa dan dosen akan diupayakan dapat dilaksanakan pada tahun 2009.
Adapun langkah pertama yang akan diambil oleh Dubes Hamid Awaludin adalah mengundang langsung beberapa rektor universitas terkemuka di Indonesia ke Rusia untuk langsung membicarakan masalah dimaksud.
Wacana yang berkembang menyebutkan, Indonesia dapat mengirimkan dosennya untuk belajar pada program master dan doktor, sedangkan dari Universitas Petersburg mengirimkan mahasiswanya secara periodik (6 bulan) ke Indonesia. “Siapa menanggung apa menjadi titik krusial dalam kerjasama ini,” tambah Dubes.
Duta Besar yang didampingi staf fungsi penerangan dan pendidikan serta ekonomi tersebut juga menawarkan program beasiswa “Dharmasiswa” bagi mahasiswa Rusia. Bagi mereka yang tertarik terhadap bahasa dan budaya Indonesia dapat mengajukan aplikasi ke KBRI dan bila lolos dapat menikmati belajar di salah satu universitas Indonesia selama 6 bulan atau satu tahun.
Diharapkan semakin banyak orang Rusia belajar di Indonesia melalui program pemerintah ini. Menurut M. Aji Surya, Counsellor KBRI Moskow, untuk meningkatkan pemahaman tentang Indonesia.
Dubes mengamini usulan para dosen Universitas St. Petersburg untuk mengadakan festival film Indonesia di kampus-kampus Rusia pada tahun 2009.
“Kita punya banyak film yang layak dipertotonkan disini seperti Naga Bonar 2, Ayat-Ayat Cinta dan Laskar Pelangi,” katanya.
Kunjungan satu hari Duta Besar di St. Petersburg tersebut diikuti dengan kuliah umum dengan tema “Demokrasi Indonesia Masa Kini” yang dihadiri lebih dari 70 mahasiswa dan dosen berbagai universitas.
Acara hari itu diakhiri dengan “Indonesian Night” dengan tampilan aneka tarian tradisional Indonesia dan “wisata” kuliner masakan nusantara.